
Nurdin Ambo Tuwo
Tanggal 23 Desember 2013, LPPI Takfir Said Samad menaikkan tulisan berjudul Syiah Syaithon. Di tulisan ini, penulis Ilham Kadir mengurai sifat-sifat setan dari buku ensiklopedia. Tak cukup, Ilham juga menulis di blognya tulisan yang motifnya sama, diberi tajuk Syiah Kekasih Iblis. Dua tulisan yang lahir dari rahim kebencian yang sama ini, berupaya menggiring pembacanya ke pojok yang sama pula: perpecahan umat Islam [lppimakassar.net]
Tanggal 23 Desember 2013, LPPI Takfir Said Samad menaikkan tulisan berjudul Syiah Syaithon. Di tulisan ini, penulis Ilham Kadir mengurai sifat-sifat setan dari buku ensiklopedia. Tak cukup, Ilham juga menulis di blognya tulisan yang motifnya sama, diberi tajuk Syiah Kekasih Iblis. Dua tulisan yang lahir dari rahim kebencian yang sama ini, berupaya menggiring pembacanya ke pojok yang sama pula: perpecahan umat Islam [lppimakassar.net]
Pada tanggal 20 Maret 2012, Guru Kami Dr. Ir. Fuad Rumi, M.Sc. (semoga Allah melapangkan kuburnya) menulis di harian Republika catatan berjudul Ana Khairum Minhu, Malapetaka Kesombongan. Dalam tulisan tersebut, Ust Fuad menekankan bahwa malapetaka terbesar manusia adalah ketika dia mewarisi sifat utama iblis; sifat yang telah menggelincirkannya dari sisi Tuhan. Seperti yang disebutkan di penggalan kisah penciptaan Adam as di dalam QS al-A'raf:12, Iblis menolak bersujud kepada Adam as. Ketika ditanya mengapa, iblis mengatakan bahwa ana khairum minhu, saya lebih baik daripada dia.
Parahnya, kesombongan iblis tidak hanya ditiru, tetapi juga diperluas oleh manusia. Jika iblis merasa lebih baik dari Adam as karena asal penciptaannya, banyak orang merasa lebih baik daripada orang lainnya bukan hanya karena keturunannya. Di kehidupan sosial politik, seseorang bisa menjatuhkan orang lain karena merasa lebih baik asal usulnya, lebih baik sekolahnya, lebih baik tempat kerjanya, lebih bagus partainya. Dan di kehidupan beragama, banyak orang menghinakan orang lain karena merasa lebih baik agamanya (padahal hanya warisan), atau lebih baik mazhabnya (padahal dia hanya taklid buta). Demikianlah, manusia bahkan menjadi lebih buruk daripada iblis sekalipun.
Sifat iblis ana khairum minhum itulah yang diadopsi oleh LPPI Takfir Asuhan Said Samad, secara khusus Ilham Kadir yang mungkin dengan dua tulisannya tersebut bisa didaulat sebagai "ahli setan". Dengan mengutip berbagai referensi tentang sifat-sifat dan karakteristik setan, Ilham lupa bahwa apa yang dilakukannya adalah sifat-sifat iblis yang telah diperluas.
Di dua tulisan tersebut, Ilham telah menyelisih ulama-ulama dari dua mazhab bersaudara kandung di dalam Islam: Sunnah dan Syiah. Berulang-ulang di berbagai tulisan yang sudah pernah kami komentari sebelumnya, LPPI Takfir dan Ilham Kadir sendiri menafikan ulama-ulama yang kompeten. Mereka merasa lebih pintar dan lebih tahu Islam dibandingkan ulama-ulama Islam internasional yang telah menandatangani deklarasi Amman, lebih paham daripada ulama-ulama Indonesia yang telah menandatangani Deklarasi Bogor; dan di skala daerah, merasa lebih kompeten daripada ulama yang mendukung Deklarasi Persatuan Islam di Universitas Muslim Indonesia Makassar. Ulama-ulama yang kami sebutkan ini, adalah ulama-ulama Islam dari mazhab Sunnah dan Syiah. Mereka adalah ulama yang telah mendedikasikan hidup mereka untuk mempersatukan kaum muslimin dari koyakan kelompok takfir yang seperti kanker menggerogoti Islam dari dalam.
Membaca dua tulisan Ilham tentang Syiah, yang kemudian dengan susah payah dihubungkannya dengan setan, tidak memberikan sesuatu yang baru. Ilham hanya mengulang-ulang apa yang selalu disebutnya, juga seperti yang selalu disebut oleh ulama su' lainnya. Mereka tak punya nyanyian selain tentang penghinaan Syiah atas sahabat Nabi Saw, nikah mut'ah, dan lainnya. Sayangnya, Ilham menelanjangi ketidaktahuannya ketika mengatakan nikah mut'ah tanpa wali, tanpa saksi, tanpa mahar yang layak. Dia merasa lebih pintar, tapi tak pernah benar-benar ingin mengetahui fikih menurut mazhab Syiah. Dia merasa lebih paham tentang Syiah tapi tak pernah mau mendengar ulama Syiah sendiri.
Untuk memberikan imej bahwa pendapatnya didukung oleh banyak referensi, atau bisa jadi ada maksud lain, Ilham secara khusus di dua tulisan ini mengutip berbagai istilah yang kami yakin diambil dari Kamus Alquran. Namun, ternyata dia juga tidak seteliti seorang peneliti, "profesi" yang selalu ditulisnya di belakang namanya. Di tulisan Syiah Syaithon, dia menyebut satu istilah ikhwan asy-syaithân, antek-antek setan, disebutnya ada di QS. 3: 175.
Parahnya, kesombongan iblis tidak hanya ditiru, tetapi juga diperluas oleh manusia. Jika iblis merasa lebih baik dari Adam as karena asal penciptaannya, banyak orang merasa lebih baik daripada orang lainnya bukan hanya karena keturunannya. Di kehidupan sosial politik, seseorang bisa menjatuhkan orang lain karena merasa lebih baik asal usulnya, lebih baik sekolahnya, lebih baik tempat kerjanya, lebih bagus partainya. Dan di kehidupan beragama, banyak orang menghinakan orang lain karena merasa lebih baik agamanya (padahal hanya warisan), atau lebih baik mazhabnya (padahal dia hanya taklid buta). Demikianlah, manusia bahkan menjadi lebih buruk daripada iblis sekalipun.
Sifat iblis ana khairum minhum itulah yang diadopsi oleh LPPI Takfir Asuhan Said Samad, secara khusus Ilham Kadir yang mungkin dengan dua tulisannya tersebut bisa didaulat sebagai "ahli setan". Dengan mengutip berbagai referensi tentang sifat-sifat dan karakteristik setan, Ilham lupa bahwa apa yang dilakukannya adalah sifat-sifat iblis yang telah diperluas.
Di dua tulisan tersebut, Ilham telah menyelisih ulama-ulama dari dua mazhab bersaudara kandung di dalam Islam: Sunnah dan Syiah. Berulang-ulang di berbagai tulisan yang sudah pernah kami komentari sebelumnya, LPPI Takfir dan Ilham Kadir sendiri menafikan ulama-ulama yang kompeten. Mereka merasa lebih pintar dan lebih tahu Islam dibandingkan ulama-ulama Islam internasional yang telah menandatangani deklarasi Amman, lebih paham daripada ulama-ulama Indonesia yang telah menandatangani Deklarasi Bogor; dan di skala daerah, merasa lebih kompeten daripada ulama yang mendukung Deklarasi Persatuan Islam di Universitas Muslim Indonesia Makassar. Ulama-ulama yang kami sebutkan ini, adalah ulama-ulama Islam dari mazhab Sunnah dan Syiah. Mereka adalah ulama yang telah mendedikasikan hidup mereka untuk mempersatukan kaum muslimin dari koyakan kelompok takfir yang seperti kanker menggerogoti Islam dari dalam.
Membaca dua tulisan Ilham tentang Syiah, yang kemudian dengan susah payah dihubungkannya dengan setan, tidak memberikan sesuatu yang baru. Ilham hanya mengulang-ulang apa yang selalu disebutnya, juga seperti yang selalu disebut oleh ulama su' lainnya. Mereka tak punya nyanyian selain tentang penghinaan Syiah atas sahabat Nabi Saw, nikah mut'ah, dan lainnya. Sayangnya, Ilham menelanjangi ketidaktahuannya ketika mengatakan nikah mut'ah tanpa wali, tanpa saksi, tanpa mahar yang layak. Dia merasa lebih pintar, tapi tak pernah benar-benar ingin mengetahui fikih menurut mazhab Syiah. Dia merasa lebih paham tentang Syiah tapi tak pernah mau mendengar ulama Syiah sendiri.
Untuk memberikan imej bahwa pendapatnya didukung oleh banyak referensi, atau bisa jadi ada maksud lain, Ilham secara khusus di dua tulisan ini mengutip berbagai istilah yang kami yakin diambil dari Kamus Alquran. Namun, ternyata dia juga tidak seteliti seorang peneliti, "profesi" yang selalu ditulisnya di belakang namanya. Di tulisan Syiah Syaithon, dia menyebut satu istilah ikhwan asy-syaithân, antek-antek setan, disebutnya ada di QS. 3: 175.
Namun ketika kami cek ke Surah Ali-Imran, tak ada istilah yang dia katakan. Berikut teks ayat yang dimaksudkan:
إِنَّمَا ذَٲلِكُمُ ٱلشَّيۡطَـٰنُ يُخَوِّفُ أَوۡلِيَآءَهُ ۥ فَلَا تَخَافُوهُمۡ وَخَافُونِ إِن كُنتُم مُّؤۡمِنِينَ
"Sesungguhnya mereka itu tidak lain hanyalah setan yang menakut-nakuti [kamu] dengan kawan-kawannya [orang-orang musyrik Quraisy], karena itu janganlah kamu takut kepada mereka, tetapi takutlah kepada-Ku, jika kamu benar-benar orang yang beriman" (QS 3:175).
Disini, kita lihat bahwa Ilham telah salah memberikan petunjuk dari apa yang hendak diistilahkannya. Besar kemungkinan, seperti yang paling sering dilakukan, penulis tersebut hanya mengutip tanpa klarifikasi. Istilahnya, taklid buta. Kami sendiri mencari istilah ini dan menemukan frase ikhwaan asy-syayaathiin di QS 17:27.
Apa yang dituduhkan berulang-ulang oleh Ilham, Said Samad dan LPPI Takfirnya terhadap mazhab Islam Syiah, tidak lebih dari nyanyian lama. Apa yang difitnahkan oleh mereka sudah dijawab oleh kalangan ulama dari kedua mazhab besar di dalam Islam. Itulah mungkin sebabnya AGH Quraish Shihab dengan tegas mengatakan bahwa tema konflik Sunnah Syiah adalah cerita usang. Kami menyebutnya ketinggalan jaman.
Tapi masyarakat Makassar sudah pintar. Mereka sudah tahu provokasi dan fitnah kelompok takfir yang mulai kehilangan pasar.
Disini, kita lihat bahwa Ilham telah salah memberikan petunjuk dari apa yang hendak diistilahkannya. Besar kemungkinan, seperti yang paling sering dilakukan, penulis tersebut hanya mengutip tanpa klarifikasi. Istilahnya, taklid buta. Kami sendiri mencari istilah ini dan menemukan frase ikhwaan asy-syayaathiin di QS 17:27.
Apa yang dituduhkan berulang-ulang oleh Ilham, Said Samad dan LPPI Takfirnya terhadap mazhab Islam Syiah, tidak lebih dari nyanyian lama. Apa yang difitnahkan oleh mereka sudah dijawab oleh kalangan ulama dari kedua mazhab besar di dalam Islam. Itulah mungkin sebabnya AGH Quraish Shihab dengan tegas mengatakan bahwa tema konflik Sunnah Syiah adalah cerita usang. Kami menyebutnya ketinggalan jaman.
Tapi masyarakat Makassar sudah pintar. Mereka sudah tahu provokasi dan fitnah kelompok takfir yang mulai kehilangan pasar.